Followers

Support Us

Hujan & Masa Depan


Image result for hujanWaktu kecil, hujan adalah momen yang selalu kutunggu. Entah hanya menikmatinya dari balik jendela atau sempat berbasah-basah diantara jutaan tetesnya, hujan selalu menyenangkan dan menakjubkan.
 
Aku suka hujan. Eh, tapi, mungkin bukan cuma aku. Kau pun pasti suka, kan? Waktu kecil, kita semua suka hujan. Bukankah begitu?
Semakin dewasa, perasaan kita tentang hujan kian berwarna. Ada yang semakin suka, ada juga yang benci setengah mati. Apa lagi sebabnya, kalau bukan kejadian dan pengalaman di masa lalu, yang kita sebut kenangan.

Orang bilang, hujan turun bersama berjuta kenangan. Sebanyak bulir bening yang ditumpahkan langit, sebanyak itu pula kenangan tumpah dari langit ingatan. Tak terhitung. Hujan mengantar kita pada nostalgia rasa. Membuat semua rasa kembali buncah. Sebanyak jumlah bulir yang menyapa bumi, sebanyak itulah rasa yang kembali menyapa hati. Orang-orang mengartikan hujan seperti itu. Aku juga begitu. Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi.

Hujan adalah keniscayaan, siklus alam yang dengannya kehidupan menjadi seimbang. Banyak orang yang mensyukuri hujan. Tak sedikit pula yang mengumpatinya. Kata mereka, hujan membuat hati dibanjiri berbagai rupa peristiwa. Aliran hujan setia mengantar hati berlayar, menjenguk kenangan, yang menyenangkan, yang menyakitkan.

Tapi bagiku, hujan bukan lagi sebuah momen nostalgia rasa atau saat yang tepat untuk menjenguk kenangan. Buat apa? Masa lalu adalah masa lalu, dan biarlah begitu. 

Bagiku, hujan adalah latar dalam rancang masa depan. Ku-eja setiap harapan setiap hujan tumpah, Yang kuinginkan, kubayangkan, kulangitkan, seiring hempasnya berjuta tetes bening dari atap semesta. Langit mencurahkan hujan, aku melangitkan bulir-bulir harapan.

Hujan bagiku adalah saat yang tepat untuk melangitkan segala pinta. Sebab hujan adalah salah satu momen dikabulkannya do’a. Jadi, daripada tenggelam dalam banjir kenangan, lebih baik melangitkan harapan, berharap Tuhan sudi menuntunku untuk menggapai sebaik-baik masa depan.

Ramadhan, I'll be Miss This Month



Image result for Ramadhan Pagi ini tidak seperti biasanya, pagi yang biasa gue lakukan saat bulan Ramadhan adalah sehabis makan sahur, gue sholat subuh terus tidur. Udah, gitu aja selama Ramadhan tahun ini. Tapi kali ini gue ngerasa ada yang berbeda. Ya, hari ini adalah hari terakhir Ramadhan tahun ini. Gak kerasa sudah sebulan berlalu dan rasanya sangat cepat sekali.

Gue selalu suka ketika Ramdhan tiba, terlebih lagi dengan suasananya. Entah kenapa ketika suasana Ramadhan rasa sop buah lebih nikmat berkali lipat ganda dibanding hari hari lainnya. Saat Ramadhan juga, gue ngeliat orang-orang menjadi lebih baik. Gue harap ini berlangsung selamanya, bukan hanya ketika Ramadhan saja.

Ramadhan... Sudah terlalu banyak kebaikan yang  'kau' berikan. Saking banyaknya hingga tak terhitung. Banyak kebaikan-kebaikan kecil yang terlihat sepele, tapi mungkin bagi orang lain sangat berarti. 'kau' memang bulan penuh kebaikan.

Ramadhan... Banyak kisah yang telah terjadi sebulan terakhir ini, Ya walaupun hanya sebulan, tapi rasanya banyak sekali yang telah terjadi. Dan gue akui gue belum bisa menjadi orang yang baik sepenuhnya, tapi gue akan terus mencoba. Walaupun pada akhirnya gue tidak bisa jadi orang baik, paling tidak gue bisa jadi orang yang berguna bagi orang lain. Ya, semoga.

Gue juga suka ketika Ramadhan tiba, karena cuma disaat inilah dimana gue bisa rasakan hangatnya sebuah keluarga. Sangat senang sekali ketika semua keluarga gue bisa duduk makan bersama di meja makan yang udah lama kosong. Mungkin ini terlalu sederhana bagi orang lain, tapi bagi gue ini sangat berarti.
Dan entah kenapa, setiap sidang Isbat berlangsung gue selalu berharap akan ditundanya hari lebaran. Ada perasaan gak rela buat ditinggal oleh bulan Ramadhan, seperti tertimpa oleh berton-ton  penyesalan yang bertumpuk. Kenapa tidak gue lakukan hal-hal yang lebih baik selama bertemu dengan Ramadhan? Itu yang selalu ada dibenak gue. Ramadhan, tolongan jangan pergi dulu, walaupun hanya satu hari. Tapi, semua sudah terlambat, kau telah pergi Ramadhan. Hari kemenangan telah tiba, dan mari kita rayakan, sucikan diri karena kita kembali fitri. Ramadhan... gue harap kita bisa bertemu kembali tahun depan.Semoga.

Akhir tulisan, Gue mengucapkan ‘Minal Aidzin walfaidzin’Mohon maaf lahir dan bathin. Selamat hari raya Idul Fitri 1437 H. Barangkali selama ini gue punya salah baik yang disengaja maupun gak disengaja sama kalian, gue minta maaf. Karena, manusia memang tak luput dari kesalahan.

Tentang Rasa

 
Hal yang sangat aku senang adalah ketika melihatmu tertawa, tertawa lepas. Meski tawa itu bukan bersamaku setidaknya kau bisa tertawa saja aku sudah bahagia dan senang. Bahkan bila tawa itu bersama orang lain, sekalipun.

Ada hal yang lebih penting di dunia ini dari dirimu, yaitu orangtua ku, guru ku, agama ku, negeri  ku, sahabat ku dan entah sejak kapan dirimu telah menjadi daftar bagian dari yang terpenting di dunia ini, terutama di kehidupanku.

Bila nanti kau tahu ini, jangan tanya sejak kapan aku mencintaimu. Aku takkan mampu menjawab. Karena yang ku tahu, cinta itu tidak mengenal waktu. Aku tidak tahu sejak kapan dan sampai berapa lama cinta ini ada.

Dengarkan aku, Tuhan telah memberikan rasa cinta yang tumbuh dalam diriku ini kepadamu. Jika nanti Tuhan mengambil rasa ini, jangan marah padaku. Karena yang mampu mengendalikan diriku sepenuhnya adalah Tuhan. Tuhanku, Allah Swt.

Tapi kau tak perlu khawatir, aku selalu berdoa kepada Tuhanku, Allah swt agar tidak mengambil rasa ini secara paksa dariku. Apa yang telah tertanam dalam hatiku, selamanya akan tertanam. Dan ini keputusanku yang ku buat dan selalu ku katakan padaNya di sela-sela do’aku ketika usai sholat, menghadapNya.

Aku juga tidak ingin cepat mempercayai rasa ini, karena ku takut jika rasa ini hanya nafsu belaka bukan karenaNya. Kita lihat saja sampai mana rasa ini akan tetap bertahan 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun atau selamanya? Dengan senang hati akan ku terima.

Kamu harus tahu, jika aku hanya akan jatuh cinta padamu saja, sekali dan pegang ucapanku ini. Jika nanti teringkari, kau berhak memberiku hukuman. Dan ku pastikan semua itu takkan terjadi, aku hanya akan mencintaimu saja itu sudah cukup.

Cinta ini hadir karena Tuhan yang memberikan, itulah kenapa aku mencintaimu karena Tuhanku, Allah swt. Aku berani bersumpah, Tuhan tidak akan salah memberikan rasa ini. Dan aku sangat mempercayai hal itu.
Aku takkan meyakinkan hatimu dengan semua rasa ini. Karena yakin atau tidaknya rasaku terhadapmu itu sudah menjadi hak hatimu, bukan aku.

Semoga kau bisa yakin dengan sendirinya, tanpa perlu ku yakinkan.

Maafkan aku yang tak berani untuk menunjukan rasa ini, padahal aku bisa. Maafkan aku. Kau sendiri yang harus membuatku untuk menunjukan rasa ini, tanpa harus susah payah untuk ku tunjukkan. Aku hanya takut, kau tidak menghiraukanku.

Kau belum menjadi milikku di dunia ini tapi tanpa kau sadari kau sudah menjadi milik hatiku. Karena kau hanya menjadi milik hatiku dan belum menjadi milikku, ku bebaskan kau mencintai orang lain. Karena mencintai itu hak mu.

Bila kau bertanya aku cemburu atau tidak, jelas saja aku cemburu. Coba saja kau pikir, orang yang kau cintai ternyata mencintai orang lain. Sakit? iya, tapi apa hakku? Kau hanya milik hatiku, belum menjadi milikku.

Menjadi milikku itu artinya kau sudah menikah denganku, kalau menjadi milik hatiku itu artinya kau hanya orang yang ku cintai. Belum terikat dan belum ada sesuatu yang mampu untuk menuntut dirimu agar tidak melakukan sesuatu hal yang tidak ku sukai.

Aku tak peduli, jika sekarang kau mencintai orang lain. Karena aku juga sadar diri, siapalah aku ini? Aku tidak pernah menunjukkan rasaku dan aku hanya bersikap seperti biasanya, seolah-olah tidak pernah tertanam sesuatu hal yang begitu dalam di hatiku. Kamu bebas, silahkan mencintai siapapun. Sebelum masa itu datang, dimana hatimu akan tertambat padaku dan aku takkan menyianyiakan hadirmu.

Aku berfikir, adilkah ini Tuhan? Disaat aku membebaskanmu mencintai siapapun, namun aku tak bisa untuk mencintai siapapun. Aku selalu ingin bisa agar aku mencintai orang lain selain dirimu, sama halnya dengan dirimu. Namun nyatanya aku tak bisa. Hatiku tak bisa untuk mencintai siapapun, dan aku hanya mampu untuk mencintaimu saja.

Aku merasa aku ini bodoh, mencintaimu tanpa sepengetahuan dirimu. Mencintaimu tanpa kau tahu kalau aku sakit melihatmu bersama orang lain. Kalau saja aku tak mencintaimu, mungkin aku tak perlu merasa repot dengan hatiku sendiri.

Kalau kamu tahu rasa ini, akankah kau mencintai ku juga? Kurasa takkan. Karena cinta butuh proses. Kau bukan diriku, yang tiba-tiba bisa mencintaimu bahkan ketika aku sendiri tak mengenalmu. Untuk itu aku lebih memilih untuk diam, meski sejujurnya selalu ku merasa ada sakit yang tersimpan di sela-sela cinta yang tumbuh ini.