Followers

Support Us

Hujan & Masa Depan


Image result for hujanWaktu kecil, hujan adalah momen yang selalu kutunggu. Entah hanya menikmatinya dari balik jendela atau sempat berbasah-basah diantara jutaan tetesnya, hujan selalu menyenangkan dan menakjubkan.
 
Aku suka hujan. Eh, tapi, mungkin bukan cuma aku. Kau pun pasti suka, kan? Waktu kecil, kita semua suka hujan. Bukankah begitu?
Semakin dewasa, perasaan kita tentang hujan kian berwarna. Ada yang semakin suka, ada juga yang benci setengah mati. Apa lagi sebabnya, kalau bukan kejadian dan pengalaman di masa lalu, yang kita sebut kenangan.

Orang bilang, hujan turun bersama berjuta kenangan. Sebanyak bulir bening yang ditumpahkan langit, sebanyak itu pula kenangan tumpah dari langit ingatan. Tak terhitung. Hujan mengantar kita pada nostalgia rasa. Membuat semua rasa kembali buncah. Sebanyak jumlah bulir yang menyapa bumi, sebanyak itulah rasa yang kembali menyapa hati. Orang-orang mengartikan hujan seperti itu. Aku juga begitu. Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi.

Hujan adalah keniscayaan, siklus alam yang dengannya kehidupan menjadi seimbang. Banyak orang yang mensyukuri hujan. Tak sedikit pula yang mengumpatinya. Kata mereka, hujan membuat hati dibanjiri berbagai rupa peristiwa. Aliran hujan setia mengantar hati berlayar, menjenguk kenangan, yang menyenangkan, yang menyakitkan.

Tapi bagiku, hujan bukan lagi sebuah momen nostalgia rasa atau saat yang tepat untuk menjenguk kenangan. Buat apa? Masa lalu adalah masa lalu, dan biarlah begitu. 

Bagiku, hujan adalah latar dalam rancang masa depan. Ku-eja setiap harapan setiap hujan tumpah, Yang kuinginkan, kubayangkan, kulangitkan, seiring hempasnya berjuta tetes bening dari atap semesta. Langit mencurahkan hujan, aku melangitkan bulir-bulir harapan.

Hujan bagiku adalah saat yang tepat untuk melangitkan segala pinta. Sebab hujan adalah salah satu momen dikabulkannya do’a. Jadi, daripada tenggelam dalam banjir kenangan, lebih baik melangitkan harapan, berharap Tuhan sudi menuntunku untuk menggapai sebaik-baik masa depan.

Ramadhan, I'll be Miss This Month



Image result for Ramadhan Pagi ini tidak seperti biasanya, pagi yang biasa gue lakukan saat bulan Ramadhan adalah sehabis makan sahur, gue sholat subuh terus tidur. Udah, gitu aja selama Ramadhan tahun ini. Tapi kali ini gue ngerasa ada yang berbeda. Ya, hari ini adalah hari terakhir Ramadhan tahun ini. Gak kerasa sudah sebulan berlalu dan rasanya sangat cepat sekali.

Gue selalu suka ketika Ramdhan tiba, terlebih lagi dengan suasananya. Entah kenapa ketika suasana Ramadhan rasa sop buah lebih nikmat berkali lipat ganda dibanding hari hari lainnya. Saat Ramadhan juga, gue ngeliat orang-orang menjadi lebih baik. Gue harap ini berlangsung selamanya, bukan hanya ketika Ramadhan saja.

Ramadhan... Sudah terlalu banyak kebaikan yang  'kau' berikan. Saking banyaknya hingga tak terhitung. Banyak kebaikan-kebaikan kecil yang terlihat sepele, tapi mungkin bagi orang lain sangat berarti. 'kau' memang bulan penuh kebaikan.

Ramadhan... Banyak kisah yang telah terjadi sebulan terakhir ini, Ya walaupun hanya sebulan, tapi rasanya banyak sekali yang telah terjadi. Dan gue akui gue belum bisa menjadi orang yang baik sepenuhnya, tapi gue akan terus mencoba. Walaupun pada akhirnya gue tidak bisa jadi orang baik, paling tidak gue bisa jadi orang yang berguna bagi orang lain. Ya, semoga.

Gue juga suka ketika Ramadhan tiba, karena cuma disaat inilah dimana gue bisa rasakan hangatnya sebuah keluarga. Sangat senang sekali ketika semua keluarga gue bisa duduk makan bersama di meja makan yang udah lama kosong. Mungkin ini terlalu sederhana bagi orang lain, tapi bagi gue ini sangat berarti.
Dan entah kenapa, setiap sidang Isbat berlangsung gue selalu berharap akan ditundanya hari lebaran. Ada perasaan gak rela buat ditinggal oleh bulan Ramadhan, seperti tertimpa oleh berton-ton  penyesalan yang bertumpuk. Kenapa tidak gue lakukan hal-hal yang lebih baik selama bertemu dengan Ramadhan? Itu yang selalu ada dibenak gue. Ramadhan, tolongan jangan pergi dulu, walaupun hanya satu hari. Tapi, semua sudah terlambat, kau telah pergi Ramadhan. Hari kemenangan telah tiba, dan mari kita rayakan, sucikan diri karena kita kembali fitri. Ramadhan... gue harap kita bisa bertemu kembali tahun depan.Semoga.

Akhir tulisan, Gue mengucapkan ‘Minal Aidzin walfaidzin’Mohon maaf lahir dan bathin. Selamat hari raya Idul Fitri 1437 H. Barangkali selama ini gue punya salah baik yang disengaja maupun gak disengaja sama kalian, gue minta maaf. Karena, manusia memang tak luput dari kesalahan.

Tentang Rasa

 
Hal yang sangat aku senang adalah ketika melihatmu tertawa, tertawa lepas. Meski tawa itu bukan bersamaku setidaknya kau bisa tertawa saja aku sudah bahagia dan senang. Bahkan bila tawa itu bersama orang lain, sekalipun.

Ada hal yang lebih penting di dunia ini dari dirimu, yaitu orangtua ku, guru ku, agama ku, negeri  ku, sahabat ku dan entah sejak kapan dirimu telah menjadi daftar bagian dari yang terpenting di dunia ini, terutama di kehidupanku.

Bila nanti kau tahu ini, jangan tanya sejak kapan aku mencintaimu. Aku takkan mampu menjawab. Karena yang ku tahu, cinta itu tidak mengenal waktu. Aku tidak tahu sejak kapan dan sampai berapa lama cinta ini ada.

Dengarkan aku, Tuhan telah memberikan rasa cinta yang tumbuh dalam diriku ini kepadamu. Jika nanti Tuhan mengambil rasa ini, jangan marah padaku. Karena yang mampu mengendalikan diriku sepenuhnya adalah Tuhan. Tuhanku, Allah Swt.

Tapi kau tak perlu khawatir, aku selalu berdoa kepada Tuhanku, Allah swt agar tidak mengambil rasa ini secara paksa dariku. Apa yang telah tertanam dalam hatiku, selamanya akan tertanam. Dan ini keputusanku yang ku buat dan selalu ku katakan padaNya di sela-sela do’aku ketika usai sholat, menghadapNya.

Aku juga tidak ingin cepat mempercayai rasa ini, karena ku takut jika rasa ini hanya nafsu belaka bukan karenaNya. Kita lihat saja sampai mana rasa ini akan tetap bertahan 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun atau selamanya? Dengan senang hati akan ku terima.

Kamu harus tahu, jika aku hanya akan jatuh cinta padamu saja, sekali dan pegang ucapanku ini. Jika nanti teringkari, kau berhak memberiku hukuman. Dan ku pastikan semua itu takkan terjadi, aku hanya akan mencintaimu saja itu sudah cukup.

Cinta ini hadir karena Tuhan yang memberikan, itulah kenapa aku mencintaimu karena Tuhanku, Allah swt. Aku berani bersumpah, Tuhan tidak akan salah memberikan rasa ini. Dan aku sangat mempercayai hal itu.
Aku takkan meyakinkan hatimu dengan semua rasa ini. Karena yakin atau tidaknya rasaku terhadapmu itu sudah menjadi hak hatimu, bukan aku.

Semoga kau bisa yakin dengan sendirinya, tanpa perlu ku yakinkan.

Maafkan aku yang tak berani untuk menunjukan rasa ini, padahal aku bisa. Maafkan aku. Kau sendiri yang harus membuatku untuk menunjukan rasa ini, tanpa harus susah payah untuk ku tunjukkan. Aku hanya takut, kau tidak menghiraukanku.

Kau belum menjadi milikku di dunia ini tapi tanpa kau sadari kau sudah menjadi milik hatiku. Karena kau hanya menjadi milik hatiku dan belum menjadi milikku, ku bebaskan kau mencintai orang lain. Karena mencintai itu hak mu.

Bila kau bertanya aku cemburu atau tidak, jelas saja aku cemburu. Coba saja kau pikir, orang yang kau cintai ternyata mencintai orang lain. Sakit? iya, tapi apa hakku? Kau hanya milik hatiku, belum menjadi milikku.

Menjadi milikku itu artinya kau sudah menikah denganku, kalau menjadi milik hatiku itu artinya kau hanya orang yang ku cintai. Belum terikat dan belum ada sesuatu yang mampu untuk menuntut dirimu agar tidak melakukan sesuatu hal yang tidak ku sukai.

Aku tak peduli, jika sekarang kau mencintai orang lain. Karena aku juga sadar diri, siapalah aku ini? Aku tidak pernah menunjukkan rasaku dan aku hanya bersikap seperti biasanya, seolah-olah tidak pernah tertanam sesuatu hal yang begitu dalam di hatiku. Kamu bebas, silahkan mencintai siapapun. Sebelum masa itu datang, dimana hatimu akan tertambat padaku dan aku takkan menyianyiakan hadirmu.

Aku berfikir, adilkah ini Tuhan? Disaat aku membebaskanmu mencintai siapapun, namun aku tak bisa untuk mencintai siapapun. Aku selalu ingin bisa agar aku mencintai orang lain selain dirimu, sama halnya dengan dirimu. Namun nyatanya aku tak bisa. Hatiku tak bisa untuk mencintai siapapun, dan aku hanya mampu untuk mencintaimu saja.

Aku merasa aku ini bodoh, mencintaimu tanpa sepengetahuan dirimu. Mencintaimu tanpa kau tahu kalau aku sakit melihatmu bersama orang lain. Kalau saja aku tak mencintaimu, mungkin aku tak perlu merasa repot dengan hatiku sendiri.

Kalau kamu tahu rasa ini, akankah kau mencintai ku juga? Kurasa takkan. Karena cinta butuh proses. Kau bukan diriku, yang tiba-tiba bisa mencintaimu bahkan ketika aku sendiri tak mengenalmu. Untuk itu aku lebih memilih untuk diam, meski sejujurnya selalu ku merasa ada sakit yang tersimpan di sela-sela cinta yang tumbuh ini.

Apakah Pacaran itu 'Harus'?

Image result for Apakah pacaran itu penting
Lewat tulisan ini gue akan memaparkan beberapa teori gila dan amatir gue tentang ‘pacaran’. Semua mungkin tau kalau pacaran itu dosa. Kucing tetangga sebelah gue juga tau kalau pacaran itu dosa. Jadi gue rasa kalian yang ngerasa gak alim-alim banget pasti fully aware tentang masalah pacaran itu dosa. Tapi disini gue gak akan bahas masalah dosa-dosaan. Gue juga gak akan maparin dan menjabarkan ayat-ayat Quran kaya ‘la taqrabuz zina’ yang udah populer banget itu buat ngasih tau seberapa dosanya pacaran. Gue juga gak akan bahas mudharatnya menjalin hubungan mesra dalam ikatan yang tidak halal. Gue disini bukan untuk ngelarang kalian pacaran karena gue yakin kalian semua yang pernah belajar agama waktu SD, yang udah gede dan bahkan yang masih TK pun sadar kalau pacaran itu dilarang. Selain dilarang sama emak bapak, sama Tuhan pun udah dilarang keras! Cuma kebanyakan dari kalian tutup kuping sama tutup mata rapet-rapet dan juga nothing open mind. Jadi percuma ngelarang kalian yang pacaran dengan jejelin ayat-ayat sama hadits juga, gak akan mempan! kalo kata peribahasa, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Tapi kalo ngelarang orang pacaran untuk jangan pacaran itu boro-boro keluar kuping kiri, masuk kuping kanan aja enggak. Gue pernah nasehatin pake ayat-ayat, hadits, dan jelasin mudharatnya ke orang yang pacaran supaya putus, sumpah gue disitu ngerasa kaya ngomong sama batu kerikil.

Okeh intinya disini gue bukan mau jadi Mamah Dedeh. Pacaran yang gue bahas disini adalah masalah penting atau tidaknya. Pertama, gue mau tanya sama kalian yang udah pernah pacaran. Kenapa sih kalian pacaran?

Gue yakin satu pertanyaan itu bisa memunculkan ratusan jawaban masalah kenapa pacaran. Beberapa mungkin ada yang memaparkan alasan bahwa pacaran itu adalah sesuatu yang harus dijajal sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Dan banyak yang bahkan berfikir kalau pacaran itu penting. Iya dong, kalian merasa itu penting. Kalo gak ngerasa penting, pasti kalian udah gak pacaran. Kalo cuma iseng-iseng doang, wah lebih parah lagi itu.

Hmm, apakah pacaran itu penting? Penting dimananya ya?
Ini gue beneran nanya ya, bukan nyindir.Sumpah gue gak ngerti sama masalah pacaran itu penting atau kenapa harus dilakuinnya.

Saat orang-orang seusia gue udah expert masalah pacar memacari anak orang, gue justru ngerasa masih tabu untuk masalah itu. Gue bahkan gak bisa menjabarkan dengan benar tentang definisi pacaran. Gue bahkan gak tau pacaran itu kaya gimana? Ngapain aja? Kudet banget kan gue. Ya iyalah gue kudet boro-boro tau, pacaran aja gue gak pernah (Kata temen gue).

Selama 18 tahun gue menghirup udara yang berpolusi di bumi ini, gue emang belum pernah ngerasain yang namanya pacaran. Lebih tepatnya gak mau pacaran. Kenapa gak mau? karena dosa? Enggak! Kaya orang bener aja gue gak mau pacaran karena dosa.

Gue gak mau pacaran karena gue tidak menemukan alasan kenapa gue harus pacaran. Kalau kalian menganggap pacaran itu penting, justru sebaliknya gue ngerasa pacaran adalah hal yang paling konyol.

Silahkan tertawakan fakta itu, tapi gue yakin kalian akan lebih berdecak kagum saat tau gue belum pernah pacaran dibandingkan tersenyum meremehkan. Mungkin minoritas ada yang berfikir gue gak laku, it’s fine! Toh mobil Avanza lebih laku dari Alphard juga karena lebih murah, bukan karena lebih bagus.

Tapi gue bilang begitu bukan to make myself feel better because i’ve never been in relationship like you guys all yah. Gue punya alasan kenapa gue bisa yakin orang akan terkagum-kagum. Selama ini setiap kali orang tau kalo gue gak mau pacaran, respon mereka sama;

“Hebat banget belum pernah pacaran”
“Serius lo belum pernah pacaran? keren”
“Bagus kalo lo gak mau pacaran mah”

Dan respon yang paling EPIC adalah “Gila umur 18 tahun dan belum pernah pacaran? saat orang-orang pingin punya pacar, lo gak pingin pacaran? keren!”


Well, thanks a lot for the compliment :)
Derajat gue berasa naik satu tingkat(Hehe)

Ya, walaupun tidak sedikit yang nyinyir gue karena belum pernah pacaran.


Respon-respon sejenis itu gue dapet dari orang-orang yang justru udah pernah pacaran. Karena kalo dari orang yang belum pernah pacaran dan yang gak mau pacaran juga kaya gue, respon mereka cuma “Oh sama dong”. Gue belum nemu orang yang udah pacaran masang muka najis ngeremehin gue saat denger gue belum pernah pacaran. Gak ada dari mereka yang bahkan muter bola mata sambil ketawa-tawa dengan wajah yang mengatakan “haha gak laku ya?” Sekali lagi gak ada. Ya ada sih, tapi palingan cuma sohib gue yang (cuma) bercanda :).  Justru malah ada yang langsung mikir kalo gue anaknya alim makanya gak mau pacaran, Haha alim, gue dibilang alim. Orang berilmu. Orang bener. Makasih banget.

See some points disini?
Point pertama, enggak pernah pacaran enggak ngebuat lo dipandang rendah oleh orang lain. Justru malah dibilang keren dan dibilang alim. Gak pacaran itu menurut gue hebat.

Point kedua, kalo orang yang pernah pacaran menganggap gak pacaran itu keren dan alim, itu artinya bagi mereka pacaran adalah sesuatu yang gak keren dan gak bener. Ya kan? Iya lah kalo enggak kenapa mereka bilang begitu? Lucu ya, mereka tau pacaran itu adalah sesuatu yang gak keren dan salah tapi mereka tetep pacaran. Mungkin mereka gak mau jadi orang keren kali ya? Mungkin.

Itu salah satunya kenapa gue sampe sekarang gak mau pacaran. Gak pacaran adalah sesuatu yang bener! keren malah. Well, mungkin disini gue terdengar arrogant, terdengar seolah olah gue ngerasa lebih bener dari mereka. Maaf untuk itu. Tapi kembali lagi ke siapa yang membuat gue ngerasa kaya gitu? Mereka sendiri yang pacaran. Gak bakal ada asep kalo gak ada yang bakar sate, eh gak ada api maksudnya. Mereka yang pacaran yang bilang gue keren, mereka yang bilang gue alim. Ya berati mereka yang menanamkan pikiran ke gue kalo gue lebih bener dari mereka.

Balik lagi deh ke pertanyaan awal, kenapa kalian harus pacaran kalo gak pacaran itu sebenarnya bisa buat kalian jadi orang bener dan hebat. Well, mungkin kalian gak mau jadi orang hebat. That’s fine. Your life your choice.

Sekarang masuk ke teori selanjutnya. Sebuah teori yang akan diawali dengan pertanyaan kenapa pacaran itu penting? Sumpah, pacaran itu GAK PENTING. Gue sampe sekarang belum menemukan alesan kenapa gue harus pacaran. Mungkin beberapa orang mikir gue gak mau pacaran karena gue orangnya alim.

Hahahaha gak bro, sis. Gak, gue kagak alim. Temen-temen SMP gue yang lebih alim malah kaget saat tau gue gak pernah pacaran selama ini. Ekspresi mereka seolah mengatakan “boong banget nih orang” bahkan ada yang nyeplos bilang langsung ke gue.
“Orang kaya lo gak pernah pacaran? boong!”
“Masa? gak percaya gue”
“Ah pasti udah lo mah”

Rese banget kan, mereka gak ada yang percaya. Gue sih cuma bisa cengar-cengir kuda doang waktu mereka bilang gitu. Percuma di yakinin juga, mereka tetep akan mikir gue ngelantur.

Jadi kalo mikir gue gak mau pacaran karena gue anak alim, salah. Gue anak bonyok gue. Eh? Maksudnya kalo kalian berfikir gue anak alim makanya gue gak mau pacaran ya iya jelas salah. Okeh intinya, kealiman tidak membuat seseorang jadi nggak mau pacaran tapi karena gak mau pacaran itu seseorang jadi terlihat alim. Kalo itu mungkin lebih tepat kali ya.

Gak pentingnya pacaran itu emang bener-bener jadi alesan terkuat sendiri buat gue untuk tetep memegang prinsip gak mau pacaran. Jujur banget, gue gak mau pacaran bukan karena dosa, kalo alesannya karena dosa gue udah pacaran dari dulu karena ngehindarin dosa itu lebih susah, setan dimana-mana. Bisikannya dahsyat, kalo cuma karena dosa, setan bakal bisikin “udah gampang tinggal tobat aja” dan gue pasti udah ikutin tuh saran. Prinsip gue bisa langsung goyah. Tapi karena gue belum menemukan alesan untuk pacaran makanya sampai sekarang gue gak mau pacaran.

Buat apa sih sebenernya pacaran? dan kenapa harus? Kalo suka sama orang, ya udah suka aja. Emang suka harus pacaran? enggak kan. Lo juga gak harus minta dia jadi pacar lo kalo lo suka. Kalo lo cewek minta gitu malu-maluin harga diri lo aja itu mah. Apalagi kalo sampe di tolak

Tapi kalo pun orang yang disukain ternyata juga suka balik dan minta pacaran, gak mesti harus diterima juga kan. Why? karena buat apa pacaran kalo lo aja sebenernya gak tau dia itu jodoh lo apa bukan. Hanya karena lo suka dan dia suka bukan berati lo bakal nikah sama dia kan?

Tapi gue akuin, godaan untuk berpacaran saat orang yang kita suka juga suka itu emang kuat. Tapi gue tetep akan ngebawa lo kembali lagi ke pemikiran bahwa dengan berpacaran tetap tidak menjamin bakal berakhir sama dia. Rasa suka yang terbalas tidak menjamin akan menjadi jodoh. Semakin lama pacaran juga tidak membuat kemungkinan menikah dengannya menjadi lebih besar. Emang sih banyak kasus pacaran yang berujung ke pernikahan and it works. Kaya si Glenn sama Chelsea. Tapi bukankah banyak juga kasus yang pacaran lama jadi nya sama yang baru ketemu kemaren. Gak sedikit juga yang langsung nikah padahal gak kenal-kenal banget. Pada intinya sama, lo gak tau dengan siapa lo akan berjodoh. Lo cuma taunya yang nanti dateng ngelamar itu yang jadi jodoh lu.

See the big point here? Jadi ya buat apa pacaran? Mau pacaran apa gak ya intinya lo bakal jadinya sama yang dateng ngelamar bukan yang ngajakain pacaran! Jadi ini masalah mau pilih jalan yang mana, jalan yang benar atau yang salah. Yang berkah atau yang tidak. Pilihan sepenuhnya ada ditangan lo. If you’re smart enough, lo pasti tau mana yang harus dipilih.

Pacaran itu gak penting karena dengan berpacaran juga tidak membuat lo jadi tau siapa jodoh lo. Bener kan? karena apa? karena Jodoh itu bener-bener sesuatu yang rahasia. Sangat rahasia, incredibly classified. Gak kaya lembar jawaban UN sekolah yang bisa bocor gitu aja. Seyakin apapun kalau si pacar itu adalah jodoh lo karena ngerasa udah lama pacaran atau banyak kesamaan atau ngerasa udah nyaman dan klop banget, pasti tetep ada sedikit keraguan di hati lo sendiri. Ada sedikit rasa takut kalo-kalo lo gak bakal sama si pacar, which means you will never truly sure about that. Siapapun gak akan bener-bener sepenuhnya yakin 100 % perihal tebakan jodoh sekaligus mereka bilang mereka yakin banget. Karena pada dasarnya yang tau jodoh lo itu siapa ya cuma Tuhan. Cuma Allah.

Jadi ya buat apa harus in relationship? Pacaran aja lo tetep gak yakin dia jodoh lo apa bukan. Buat apa pacaran kalo jodoh udah diatur Tuhan. Udah diaturin sama Allah, berati yaudah santai aja toh yang ngatur langsung Allah kok ngapain ikut-ikutan ngatur juga. Lagi pula kata-kata “diatur” itu artiannya luas loh. Allah bukan cuma ngatur siapanya. Tapi Allah juga mengatur bagaimana kita bertemu, bagaimana nanti kita saling menyimpan rasa, bagaimana nanti si jodoh diberikan keyakinan untuk melamar hingga pada akhirnya berakhir di pelaminan. Udah enak kan diaturin semua-muanya.

Perihal jodoh Allah cuma bilang dengan sangat jelas bahwa yang baik akan dapet yang baik! Inget itu kata Allah, bukan kata emak-emak tukang gosip. Jadi kenapa harus pacaran, memusingkan hubungan? kenapa gak sibuk memperbaikki diri aja? Allah yang bilang ya berati udah ketentuan yang pasti bukan? Masalah jodoh, perintahnya cuma satu. Perbaiki diri, bukan pacaran! Jadi bener kan, ngapain pacaran. Lagi pula memperbaiki diri lebih terdengar menguntungkan untuk diri sendiri dibandingkan berpacaran yang pasti ada galau-galaunya dan bikin pusing. Kalo disini sih gue mau ambil yang menguntungkan.

Tapi bukankah pacaran itu penting untuk mengenal orang lebih baik sebelum ke jenjang pernikahan?
Woy bro sis pentingan mana sama memperbaiki diri untuk menjadi manusia yang lebih berkualitas? Balik lagi, jodoh itu udah diatur sama Allah, UDAH ADA YANG NGATUR. Santai aja bro. Tapi apakah kualitas diri kita ada yang ngatur? gak ada yang ngatur guys, kecuali diri lo sendiri, inget Allah tidak akan mengubah seseorang kalo orangnya gak mau berubah. Emang lo gak mau jadi orang yang lebih baik? Emang lo gak mau memperbaiki diri lo? Berasa udah bener aja lo gak mau memperbaiki diri. Kalo alesannya mau mengenal orang itu lebih baik, ya kenali aja diri sendiri, jodoh kan cerminan kita. Itu udah pengetahuan umum banget kan? Tapi kadang orang lupa dan banyak yang pura-pura ngerasa kaya orok baru lahir, gak tau apa-apa.

Jodoh juga udah ditulis di lauhul mahfudz lengkap sama gimana ketemu dan berakhirnya. Jadi gak bakal ketuker, gak bakalan kabur, gak bakalan ilang. Ntar juga dateng, tunggu aja sabar. Jadi kalo suka sama orang, mikir aja gini, kalo dia jodoh gue, gue pasti bakal sama dia mau itu lewat pacaran atau pun tidak. Kalau jodoh itu sudah pasti disatukan, jadi kenapa harus pacaran?

Kalo lo memilih jalan lewat pacaran sampe belasan tahun tapi ujung-ujungnya gak jodoh juga lo pasti nyesek. Apalagi kalo pacarannya udah pake janji-janji mau ngelamar dan cinta sampai mati, Duh MALU. Kisah lo yang nyesek itu juga pasti bakal dijadiin contoh ‘konyol’ buat orang-orang supaya mereka gak pacaran. Gue sih maunya dijadikan contoh yang dimana ceritanya itu, gue suka sama dia, gue gak pacaran tapi gue tetep berakhir sama dia, kaya ceritanya Aisyah sama Ali. Bukan kaya ceritanya Raffi sama Yuni sarah atau Acha sama Irwansyah. Jadi, mendingan gak usah pacaran kan. Kalo jodoh, gak pacaran pun tuh orang gak bakal mana-mana kok. Mau dipisahkan ruang, waktu dan jarak pun juga bakal dateng ngelamar nantinya, ya kan? Kata Afghan aja jodoh pasti bertemu. Dan kalo pun tidak jodoh, mau dijaga dan digenggam se-erat apapun itu juga pasti bakal lepas. Mau selama apapun pacaran juga kalau bukan jodoh pasti bakal dipisahkan. Jadi sekali lagi buat apa pacaran?

Kalo udah setuju sama teori itu, pacaran udah bukan lagi sesuatu yang masuk kategori harus dijalani dan dicoba bukan? Dan selama kalimat “jodoh udah diatur Allah” masih berlaku dan gak berubah, pacaran akan selamanya menjadi sesuatu yang gak penting buat gue. Kecuali kalimat itu berubah jadi “Jodoh diatur kucing tetangga sebelah” baru lah gue mulai cari kucing tetangga.

Jadi apa? Pacaran itu penting kalau jodoh lo gak ada yang ngatur!! Lo harus pacaran kalo jodoh bisa lari kemana-mana dan akhirnya gak ketemu. 

Kalau beberapa orang gak setuju dengan cara berfikir gue dan tetep merasa pacaran itu penting, silahkan kasih tau gue apa alesannya. Gue akan bantah itu dengan seribu teori yang ada. Sekalipun alesan harus pacaran itu ternyata kuat banget, gue tetap yakin kalo pacaran itu akan selamanya nggak penting.

Dan untuk kalian yang pacaran, gue ganti sekarang pertanyaannya. Tidak yakinkah kalian dengan ketentuan Allah? tidak percayakah bahwa Allah akan kasih yang terbaik? sama sang pencipta sendiri kok gak percaya. Lucu.

Ada Apa Dengan Jomblo?

Jujur aja, gue adalah orang yang bosan dengan lelucon jomblo yang diulang-ulang.
Setiap gue liat lelucon soal jomblo gue ngerasa semua mulai berlebihan.
Jomblo seolah menjadi warga kelas 2, padahal kenyataannya yang pacaran gak jauh lebih bahagia dari yang jomblo.

Gue curiga kalau sebenarnya ada konspirasi di balik logika semua jomblo pasti ngenes.
Ada sekelompok orang yang sengaja mendiskriditkan kaum jomblo agar mereka pengen pacaran lalu membelanjakan uangnya untuk pacar-pacar mereka.

Di sini gue mencium ada konspirasi para kapitalis.
2
Dari itu gue pengen meng-counter isu mengenaskannya kaum jomblo dengan sebuah opini tentang betapa tidak pentingnya pacaran sebenarnya.

Sebelum gue bahas panjang lebar ada baiknya gue mulai tulisan gue yang (tidak) sangat berbobot ini
dengan definisi pacaran yang gue copas dari wikipedia (udah kayak tugas sekolah aja):
“Pacaran adalah merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan”
3
Pertanyaannya, kalau lu masih SMA atau SMP apakah pernikahan udah menjadi tujuan? Terus kalau bukan buat nikah buat apa dong? Seneng-seneng? Biar dibilang gaul? Biar dibilang keren? Biar bangga? Duh kebanggaan seperti apa yang lu dapat dari punya pacar tapi uang pulsa masih merengek minta orang tua? Kekerenan macam apa yang lu dapat dari hubungan yang dibiayai dengan duit yang didapat dari pura-pura ada iuran sekolah?
1l

Okelah kalau lu udah bisa ngasilin uang sendiri, tapi bukankah masih banyak hal penting yang bisa lu lakukan buat nyiapin masa depan. Belum lagi resiko dihianatin, ditinggalkan, bahkan dicampakkan.

“halah bilang aja lu gak laku!” gue curiga nih bakal ada yang komen ginian.

Gini bos. Buat gue lebih baik dianggap gak laku ketimbang gue sok sok pacaran biar dianggap laku tapi gue gak tau abis itu gue mau apa? Keren dan terlihat keren itu beda. Terlihat keren itu palsu bos, kayaknya keren padahal enggak.

Yang pacaran juga banyak yang gitu, kelihatan bahagia padahal enggak. Gue gak anti sama orang yang pacaran, tapi gue anti sama orang yang menganggap jomblo adalah suatu kesalahan.

Tiap orang punya pilihan hidup masing-masing, kalo pilihan lo mau dihargain maka hargailah pilihan orang lain.

Teruntuk Hujan

Aku bukanlah pembenci hujan, hanya saja aku tidak suka saat hujan turun bersamaan dengan aku yang sedang berada di ruang terbuka, atau pun saat aku sedang akan berpergian.

Aku bukanlah pembenci hujan yang tidak mau terkena rintikannya karena alasan sesudah kehujanan, pasti akan membuat tak enak badan.

Aku bukanlah pembenci hujan, hanya saja aku tidak suka melihat genangan di mana-mana, akibat tersumbat sampah-sampah yang dibuang begitu saja atau karena kurangnya resapan air akibat pembangunan yang berlebihan.

Aku bukanlah orang yang membenci hujan karena alasan membuat jaringan-jaringan seperti listrik atau sinyal menjadi tidak stabil.

Aku bukanlah pembenci hujan dengan alasan-alasan tersebut. Hanya saja, aku tidak suka hujan yang turun karena beberapa alasan yang manusiawi.

Aku hanya tidak suka hujan pada saat tertentu. Aku bukanlah pembenci hujan.

Aku bukan pembenci hujan, juga bukan pencinta hujan.

Aku bukan pencinta hujan, namun aku selalu suka jika hujan tiba di saat aku sedang bersantai dan ingin terlelap untuk mengistirahatkan diri. Alasan ini, karena jika hujan turun, orang yang kesulitan beranjak tidur sepertiku menjadi lebih mudah untuk terlelap.

Aku bukan pencinta hujan, namun aku suka hujan yang mampu menahanku untuk tidak ke mana-mana dengan tujuan yang kurang jelas atau bahkan kurang bermanfaat.

Aku bukan pencinta hujan, namun aku suka hujan yang mampu membangkitkan segala kenangan masa lalu. Karena dengan begitu, aku dapat sesekali mengingat sesuatu yang mungkin memberi pelajaran berarti dalam hidup.

Aku bukan pencinta hujan, namun aku suka hujan yang memberi kesejukan pada tanah-tanah gersang. Aku suka aroma tanah yang terkena air hujan; petrichor. Aku suka, seperti aroma pembawa ketenangan.

Aku bukan pencinta hujan, namun aku suka hujan di saat aku sedang bersama seseorang, lalu hujan secara tidak langsung menahan kita agar tak lekas berpisah.

Aku bukanlah pencinta hujan, namun aku suka suasana sendu akibat hujan yang turun.

Aku bukan pencinta hujan, namun ada saatnya, aku merasa senang hujan tiba dan ada saatnya aku menanti-nanti turunnya hujan.

Aku bukan pencinta hujan, juga bukan pembenci hujan.

Tapi aku selalu percaya, ada banyak makna dan cerita di balik hujan atau setelah hujan reda.

Best Fake Friend



Image result for Persahabatan  Sering denger orang ngomong “dia tuh sahabat gue banget!” atau “iya, kita sahabatan udah lama..”, kan? Ya. Kita sering menganggap seseorang sebagai sahabat terbaik kita, mendeklarasikan bahwa kita dan mereka memiliki persahabatan yang sangat kental bagai sperma kelebihan protein. Tanpa kita tau bahwa di belakang kita, ternyata mereka nggak sebaik itu.

Sahabat itu lebih dari sekedar teman. Teman nggak akan mau ngedengerin lo curhat panjang lebar soal gebetan lo, teman nggak akan sabar ngeladenin kegalauan lo yang abis putus padahal lagi sayang-sayangnya, teman nggak akan selalu ada kapanpun lo butuhin, dan teman nggak akan selalu bersedia meminjamkan pundaknya (atau kadang-kadang duitnya) untuk tempat lo bersandar. Teman bukan sahabat.

Sahabat adalah orang yang sama yang bisa lo ajak gila-waras-gila-waras, ketawa-nangis-ketawa-nangis, susah-senang-susah-senang. Bukan orang yang bikin lo ketawa lalu nangis. Bukan orang yang ada saat lo waras dan pergi saat lo gila. Bukan juga orang yang seneng saat lo susah dan susah saat lo seneng, karena sahabat nggak serendah itu.

Sahabat adalah teman terbaik yang udah melewati berbagai macam proses dan masa dalam pertemanan, biasanya harus menghabiskan sekian tahun bersama baru bisa dibilang sahabat, harus tau luar dan dalam, harus tau buruk dan busuknya, harus tau kelemahan dan kekuatannya, harus tau gimana cara menenangkan dan menyenangkan, harus mau mendengar bukan cuma ingin didengar, harus siap ngasih saran dan dukungan. Sayangnya, dalam persahabatan, seringkali ada 1 orang yang ternyata palsu. Entah dia orang, atau apa gw ga tau.

“Lo tau nggak sih, dia tuh sering banget ngomongin orang, sering ngutang, barang-barangnya aja minjem semua…”

Katanya sih sahabat, tapi di belakang kok ngomongin sahabatnya yang jelek-jelek?

“Eh, cakep deh lo hari ini..” - bibir
“Duuuuh, apa banget sih sok kecakepan banget!” – hati

Katanya sih sahabat, tapi pereus banget. Mulut muji, hati ngehina.

“Udah, mendingan lo putus aja deh sama dia, dia tuh nggak baik buat lo…”

Katanya sih sahabat, tapi ngehasut sahabatnya biar mutusin pacarnya. Eh, taunya mau nikung. Oh, mungkin ini persahabatan antara Rossi dan Marquez.

“Eh, lo tau nggak sih, dia kan banyak koreng-nya..”

Katanya sih sahabat, tapi kok ngebocorin rahasia dan aib sahabatnya sendiri di depan banyak orang?

Banyak orang yang nggak sadar bahwa orang yang selama ini dia anggap sahabat, ternyata lebih cocok disebut sibangsat. Orang-orang yang nggak lelah wudhu 6x karena mukanya dua. Orang-orang yang punya mulut semanis filter rokok tapi hatinya sebusuk bangke tikus. Orang-orang yang di depan meninggikan, di belakang menjatuhkan layaknya jungkat-jungkit taman kota. Orang-orang yang nggak sedikitpun pantas disebut sahabat.

Gue sendiri (Alhamdulillah) belum pernah punya sahabat fake macem gini, semoga. Gue selalu bersyukur karena dikelilingi sahabat-sahabat yang baik, sahabat yang kalo nggak suka ya ngomong depan muka gue, sahabat yang nggak sungkan ngomong jujur soal penampilan gue. Berantem sama sahabat? Pernah, dong. Sahabatan tapi nggak pernah berantem juga nggak asik, termasuk rebutan gebetan karena seleranya sama. Tapi, satu yang paling pantang buat persahabatan kami; saling ngomongin di belakang.

Untuk sahabat-sahabat terbaik gue, Deri Sandria, Krisna, Ari Fahrurrozi, Aldi Renaldi, Ade Robet terima kasih karena udah betah punya sahabat macem gue. Gue nggak tau gimana gue bisa tetep waras kalo nggak ada kalian.

Dan untuk kalian yang baca, jadilah sahabat yang baik, jujur, apa adanya. Lo boleh punya banyak teman, tapi lo nggak perlu punya banyak sahabat. Karena sahabat bagi gue adalah orang yang paling bisa dipercaya, sebab nantinya dia yang akan mengetahui segala sisi buruk lo, sebab mulutnya yang harus dikunci rapat-rapat, sebab lo nggak butuh seorang penjilat.