Followers

Support Us

Cerita Pendek - Bintang yang Angkuh (Peterpan)


Kiara, nama lengkapnya Kiara Ramadhani. Cewek paling ngetop seantero SMA Persik, yah walaupun masih kelas 1 SMA bisa dipastiin dari koridor lantai 1 sampai lantai 3 semuanya kenal dia. Kiara memang lahir sebagai cewek yang friendly, gak pernah mandang apapun buat dijadiin temen dan semuanya bisa ketebak “Everybody loves Kiara.”

Sayangnya hal itu gak berlangsung lama, setelah kepergian nyokapnya, Kiara berubah drastis jadi sosok yang dingin dan angkuh. Semua orang yang dulu deket sama dia perlahan ilang-ilangan, kecuali Arga.

Arga emang bukan cowok ngetop, dia cuma sesosok secret admirer Kiara yang hobi ngasih semangat secara terselubung. Dijaman yang udah cukup modern ini, Arga gak segen-segen kirim surat atau bikin foot note dibuku Kiara.

Kiara beberapa kali emosi sama tingkah Arga sebagai sosok secret adrmirer dan puncaknya adalah ketika Arga memberanikan diri menelpon Kiara. Simple, Arga Cuma bicara “Ra, semangat ya ujian besok” dan Kiara sontak kaget dengan si penelepon yang gak terdaftar namanya di contack telephone.
“Siapa nih? Elo yang sering nulis surat buat gue? Elo yang coret-coret buku gue?! Jangan jadi cowok cupu deh! Gue gak suka cara lo! Berhenti ganggu gue!!!” bentak Kiara ditelepon.
“Elo kenapa Ra? Suara lo kayak abis nangis” balas Arga tanpa rasa takut dan Kiara pun hanya menutup telephone Arga.
Arga tahu bahwa ada yang salah dengan Kiara, Kiara sosok yang dulu dikenal periang yang kini menjadi dingin dan angkuh tiba-tiba terdengar seperti habis menangis dan ini sukses membuat Arga enggak konsen belajar.

 Esok harinya Arga yang diam-diam memperhatikan Kiara makin penasaran dengan mata sembab Kiara, entah ada angin darimana, Arga memberanikan diri mengirim sms pada Kiara.
“Elo cantik, tapi pasti lebih cantik kalo mata lo gak sembab. Wanna share Ra?”
Dari kejauhan, Arga memperhatikan Kiara yang membaca sms Arga. Kiara enggak membalas sms tersebut, tapi terlihat jelas bahwa Kiara mengapus air matanya.
Malam harinya, Kiara mengirim sms pada Arga “Gue gak kenal elo, gue gak mau tahu soal elo. Boleh gue telepon?” Arga pun langsung yakin 100% bahwa memang ada yang tidak beres dengan Kiara.

“So, gue harus manggil lo apa? Gak mungkin dong kita ngobrol tanpa kenalan? Gue Kiara, dan gue yakin bahwa lo adalah siswa sekolah gue!” sapa Kiara pertama kali ditelepon.
“Panggil aja gue Boy, artinya kan cowok kalo dalam bahasa Indonesia.” Jawab Arga mencoba mencairkan suasana. “Sorry ya Ra kalo tindakan gue selama ini ngenganggu elo.” Dan tanpa mereka sadari, malam itu banyak yang Kiara dan Arga bagi ditelepon selama 3 jam hingga akhirnya Kiara tertidur.

Malam-malam berikutnya, hampir seperti orang pacaran, baik Arga maupun Kiara selalu menunggu telepon satu sama lain. Bahkan mereka membuat jadwal siapa yang harus menelepon setiap hari Senin hingga Minggu.

Hampir 3 tahun mereka saling berbagi, Arga hafal betul bahwa Kiara akan langsung menyapa dengan kalimat “Liat bintangnya deh Boy, mereka keren banget” atau ketika mendung “Boy, bintangnya ngumpet dan gue kangen sama bintang-bintang itu..”

3 tahun berbagi dan hanya bisa melalui media telepon membuat Arga semakin depresi. Arga tidak pernah berani untuk mengenalkan diri secara langsung kepada Kiara, dan Kiara pun tidak pernah meminta Arga untuk muncul secara langsung dihadapannya. Bahkan ketika di akhir tahun sekolah mereka berada dalam satu kelas, Arga tidak pernah berani untuk berbicara sedikitpun pada Kiara. Ia hanya berani menyapa lewat media telephone.

3 tahun berbagi, Arga merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk Ia mengungkap jati dirinya pada Kiara, sebelum kelulusan sekolah dan sebelum semua terlambat. Hingga tiba suatu saat obrolan mereka merubah banyak hal, terutama sudut pandang Arga.

“Pertama kali gue kenal sama lo, semua orang tahu kalo lo friendly, asik diajak ngobrol, yah seasik ditelepon kayak gini Ra. Tapi kenapa lo berubah jadi sosok dingin dan angkuh sih Ra?”
Kiara diam. 5 menit, 10 menit dan anehnya Arga gak berani untuk negor Kiara seperti biasa kalo Kiara mendadak diam ditelepon.

“Bintangnya cantik banget Boy. Liat deh, mereka angkuh kan? Menyendiri tapi tetap bersinar terang. Gue yakin bintang itu adalah gue. Gue gak butuh orang lain buat ngejalanin sisa waktu kita di SMA. Gue bisa kok.” Sahut Kiara secara tiba-tiba.

“tapi Ra?” potong Arga kaget. “cukup sekali gue ngerasa sakit keilangan orang yang gue sayang. Inget pertama kali lo telepon dan nanya kenapa suara gue kedengeran abis nangis? Inget sms pertama lo bilang gue cantik tapi lebih cantik ketika mata gue enggak sembab?”
Arga ganti terdiam tanpa berani memotong.

Kiara kembali terdiam untuk beberapa saat, dan dari sebrang telepon, Arga yakin kalo Kiara sedang menangis.

“Gue gak mau lagi ngerasain kehilangan Boy, cukup sekali gue ditinggal nyokap meninggal. Bahkan mungkin sempat jadi yang kedua kalinya ketika gue liat cowok yang gue suka lagi senyam-senyum asik sms ceweknya. Kalo lo nanya kenapa gue dingin, gue rasa lo dapet jawaban lebih dari cukup. Thanks Boy, gue harap ini terakhir kalinya gue keilangan. Ya, keilangan temen cerita.” Dan mendadak telepon terputus. Ketika Arga berusaha untuk menghubungi nomor itu kembali, yang terdengar Cuma suara operator yang bilang bahwa nomor Kiara tidak terdaftar.

Arga benar-benar merasa bersalah atas pertanyaannya. Jawaban yang selama ini dia cari telah membuat dia lebih kehilangan sosok Kiara. Arga gak pernah lagi menulis surat maupun memberi foot note untuk Kiara, hingga akhirnya mereka lulus SMA dan Kiara enggak pernah tahu sosok “Boy” yang sesungguhnya.

Hampir 4 tahun berselang ketika mereka sudah sama-sama mengenyam bangku mahasiswa. Kiara masuk ke perguruan tinggi terkenal di daerah Jakarta Selatan dan Arga masuk ke perguruan tinggi terkenal di daerah Jakarta Barat.

Hingga suatu saat ketika Indra, teman baik Arga di SMA datang menjemput pacarnya yang ternyata adalah teman kampus Kiara. “elo Kiara dari SMA Persik kan?” sapa Indra yang menjemput pacarnya yang didampingi Kiara.

“Maaf, siapa? Kayaknya gue pernah tahu elo.” Jawab Kiara.
“Gue Indra, temen baik Arga. Ehm atau mungkin lo inget Diagra Seno?”
Balas Indra cepat. “Add pin gue yaa!” ucap Indra sembari menarik telepon Kiara dan membuat Kiara heran.

Ketika Kiara tiba dirumah, Ia kaget bukan main karena tiba-tiba mendapat pesan dari “Diagra Seno.” Tanpa langsung membuka pesan tersebut, Kiara mencari nama Indra dan tidak satupun contack bernama Indra tadi adalah teman SMA’nya.

“Hai Ra, apa kabar? Lo pasti kaget yaa kenapa ada contack gue? Gue juga kaget pas tadi ada yang add dengan nama “Kiara Ramadhani” tapi untungnya Indra uda cerita semua.” Isi pesan Arga.
“Baik Ga, yah begitulah. Kaget aja ternyata gue dikerjain. Ada contack Indra gak? Gue mau ngomong sama dia.” Balas Kiara pada Arga.

Tanpa mereka sadari, malam itu banyak obrolan mengalir “lagi” dari perantara telepon hingga Arga kelepasan nanya “masih suka liat bintang?” dan Kiara kaget bukan main.
“Maksud pertanyaan lo apa Ga?” Tanya Kiara kaget, dan bodohnya Arga, dia menceritakan semuanya seolah Kiara sadar bahwa sosok Arga adalah sosok yang hampir selama 3 tahun disapanya dengan panggilan “Boy” ditelepon.

Kiara sangat shock membaca pesan demi pesan yang disampaikan Arga. Entah harus merasa senang bahwa cowok yang dia suka ternyata selalu ada untuknya dulu, walaupun tanpa disadarinya atau merasa bodoh dengan segala penipuan yang terjadi karena kesalahan sikapnya. Satu hal yang Kiara sadari, ia pasti akan kembali merasakan kehilangan.

Entah harus merasa marah atau merasa senang, tapi malam itu Kiara benar-benar menikmati waktunya dengan Arga. Yah, meskipun melalui perantara telephone.

Sayangnya malam itu adalah malam pertama dan terakhir Arga menghubungi Kiara, keesokan harinya Arga tidak lagi menghubungi Kiara dan hal ini membuat Kiara uring-uringan.

“Gue gak boleh bodoh kayak dulu. At least dia tahu itu udah lebih dari cukup.” Ucap Kiara didepan kaca. Lalu dia menulis sebuah pesan yang cukup panjang untuk Arga, pesan terakhir yang tidak boleh disesali Kiara. Dia sadar bahwa dunia berputar dan Ia harus benar-benar belajar merelakan.
 “Gue yakin lo pasti kaget. Maaf sebelumnya.”
  “inget omongan kita ditelepon terakhir ketika gue bilang “gue keilangan orang yang gue sayang, dia sms’an sama seorang cewek.” Itu elo Ga, Diagra Seno.”
“Gue Cuma mau bilang kalo gue sayang sama lo dan gue kesiksa liat elo sms’an sama cewek lain dan ternyata cewek itu adalah gue sendiri. Bodoh banget ya gue! Kesalahan gue adalah terlalu angkuh sama diri sendiri dan gak pernah bilang sama elo kalo gue suka sama lo dan sekarang ketika lo hadir lagi dihidup gue, gue sadar kalo perasaan itu belom ilang sepenuhnya. Tapi gue harus move on Ga. Lo tau kesalahan gue yang berikutnya? Kesalahan gue yang berikutnya adalah ngutarain ini ke elo sekarang, setelah 4 tahun berlalu. Thanks Ga buat waktunya, ketika lo selesai baca pesen ini, gue harap elo gak akan nyari gue ke Indra atau siapaun karena itu berarti contack lo resmi terhapus dari telepon gue. With love, Kiara Ramadhani”

Kiara menghapus contack Arga dari teleponenya, sembari mengusap air matanya yang mulai membasuh pipi merahnya, Kiara hanya bisa menatap langit dan memandan bintang.
“Gue adalah Kiara yang bisa hidup tanpa siapapun, gue mandiri, gue bisa!” walaupun Kiara sadar bahwa ia merasakan hampa dihatinya. Perlahan tapi pasti, air mata membasahi mata sipit Kiara.

Terinspirasi dari lagu “Bintang di Surga” :)

0 komentar:

Posting Komentar