Followers

Support Us

Tentang Rasa

 
Hal yang sangat aku senang adalah ketika melihatmu tertawa, tertawa lepas. Meski tawa itu bukan bersamaku setidaknya kau bisa tertawa saja aku sudah bahagia dan senang. Bahkan bila tawa itu bersama orang lain, sekalipun.

Ada hal yang lebih penting di dunia ini dari dirimu, yaitu orangtua ku, guru ku, agama ku, negeri  ku, sahabat ku dan entah sejak kapan dirimu telah menjadi daftar bagian dari yang terpenting di dunia ini, terutama di kehidupanku.

Bila nanti kau tahu ini, jangan tanya sejak kapan aku mencintaimu. Aku takkan mampu menjawab. Karena yang ku tahu, cinta itu tidak mengenal waktu. Aku tidak tahu sejak kapan dan sampai berapa lama cinta ini ada.

Dengarkan aku, Tuhan telah memberikan rasa cinta yang tumbuh dalam diriku ini kepadamu. Jika nanti Tuhan mengambil rasa ini, jangan marah padaku. Karena yang mampu mengendalikan diriku sepenuhnya adalah Tuhan. Tuhanku, Allah Swt.

Tapi kau tak perlu khawatir, aku selalu berdoa kepada Tuhanku, Allah swt agar tidak mengambil rasa ini secara paksa dariku. Apa yang telah tertanam dalam hatiku, selamanya akan tertanam. Dan ini keputusanku yang ku buat dan selalu ku katakan padaNya di sela-sela do’aku ketika usai sholat, menghadapNya.

Aku juga tidak ingin cepat mempercayai rasa ini, karena ku takut jika rasa ini hanya nafsu belaka bukan karenaNya. Kita lihat saja sampai mana rasa ini akan tetap bertahan 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun atau selamanya? Dengan senang hati akan ku terima.

Kamu harus tahu, jika aku hanya akan jatuh cinta padamu saja, sekali dan pegang ucapanku ini. Jika nanti teringkari, kau berhak memberiku hukuman. Dan ku pastikan semua itu takkan terjadi, aku hanya akan mencintaimu saja itu sudah cukup.

Cinta ini hadir karena Tuhan yang memberikan, itulah kenapa aku mencintaimu karena Tuhanku, Allah swt. Aku berani bersumpah, Tuhan tidak akan salah memberikan rasa ini. Dan aku sangat mempercayai hal itu.
Aku takkan meyakinkan hatimu dengan semua rasa ini. Karena yakin atau tidaknya rasaku terhadapmu itu sudah menjadi hak hatimu, bukan aku.

Semoga kau bisa yakin dengan sendirinya, tanpa perlu ku yakinkan.

Maafkan aku yang tak berani untuk menunjukan rasa ini, padahal aku bisa. Maafkan aku. Kau sendiri yang harus membuatku untuk menunjukan rasa ini, tanpa harus susah payah untuk ku tunjukkan. Aku hanya takut, kau tidak menghiraukanku.

Kau belum menjadi milikku di dunia ini tapi tanpa kau sadari kau sudah menjadi milik hatiku. Karena kau hanya menjadi milik hatiku dan belum menjadi milikku, ku bebaskan kau mencintai orang lain. Karena mencintai itu hak mu.

Bila kau bertanya aku cemburu atau tidak, jelas saja aku cemburu. Coba saja kau pikir, orang yang kau cintai ternyata mencintai orang lain. Sakit? iya, tapi apa hakku? Kau hanya milik hatiku, belum menjadi milikku.

Menjadi milikku itu artinya kau sudah menikah denganku, kalau menjadi milik hatiku itu artinya kau hanya orang yang ku cintai. Belum terikat dan belum ada sesuatu yang mampu untuk menuntut dirimu agar tidak melakukan sesuatu hal yang tidak ku sukai.

Aku tak peduli, jika sekarang kau mencintai orang lain. Karena aku juga sadar diri, siapalah aku ini? Aku tidak pernah menunjukkan rasaku dan aku hanya bersikap seperti biasanya, seolah-olah tidak pernah tertanam sesuatu hal yang begitu dalam di hatiku. Kamu bebas, silahkan mencintai siapapun. Sebelum masa itu datang, dimana hatimu akan tertambat padaku dan aku takkan menyianyiakan hadirmu.

Aku berfikir, adilkah ini Tuhan? Disaat aku membebaskanmu mencintai siapapun, namun aku tak bisa untuk mencintai siapapun. Aku selalu ingin bisa agar aku mencintai orang lain selain dirimu, sama halnya dengan dirimu. Namun nyatanya aku tak bisa. Hatiku tak bisa untuk mencintai siapapun, dan aku hanya mampu untuk mencintaimu saja.

Aku merasa aku ini bodoh, mencintaimu tanpa sepengetahuan dirimu. Mencintaimu tanpa kau tahu kalau aku sakit melihatmu bersama orang lain. Kalau saja aku tak mencintaimu, mungkin aku tak perlu merasa repot dengan hatiku sendiri.

Kalau kamu tahu rasa ini, akankah kau mencintai ku juga? Kurasa takkan. Karena cinta butuh proses. Kau bukan diriku, yang tiba-tiba bisa mencintaimu bahkan ketika aku sendiri tak mengenalmu. Untuk itu aku lebih memilih untuk diam, meski sejujurnya selalu ku merasa ada sakit yang tersimpan di sela-sela cinta yang tumbuh ini.

0 komentar:

Posting Komentar